Kamis, 21 Februari 2013

Manajemen Masalah


Setiap orang pasti punya masalah dalam hidupnya, baik masalah internal ataupun masalah eksternal, masalah pribadi, masalah dengan keluarga, masalah dengan teman dan masih banyak lagi masalah-masalah dalam hidup ini. Sehingga, manajemen masalah adalah hal mutlak yang harus diketahui untuk membantu menyelesaikan masalah kita.
  1.  Menemukan inti masalah
    Sering kali kita menghadapi masalah yang kompleks. Atau tak jarang masalah yang sebenarnya sederhana menjadi rumit. Maka sebelum menemukan penyelesaian atas masalah tersebut, kita harus menemukan inti masalahnya terlebih dahulu sehingga bisa memecahkannya dengan bijak.
  2. Jangan pukul rata semua masalah; prioritaskan masalah yang rumit sebelum menyelesaikan masalah yang ringan
    Suatu hari, seorang dosen masuk ke ruang kuliah dengan membawa ember, batu, kerikil, pasir dan air. Tanpa banyak bicara, beliau memasukkan batu-batu besar yang dibawanya ke dalam ember kosong hingga terlihat penuh. Lalu sang dosen berkata di hadapan mahasiswanya, "Apakah ember ini sudah penuh?" Para mahasiswa serempak menjawab, "Sudah."
    "Benarkah ember ini sudah penuh?" Tanya sang dosen lagi sambil tangannya memasukkan kerikil-kerikil yang dibawanya ke dalam ember yang berisi batu. Sekali lagi sang dosen bertanya, "Apakah sekarang ember ini sudah penuh?"
    "Belum tentu." Seorang mahasiswa menjawab ragu-ragu. Sang dosen tersenyum, "Ya, kau benar." sambil tangannya bergerak memasukkan pasir ke dalam ember yang telah terisi batu dan kerikiln tersebut. Dan untuk ketiga kalinya sang dosen bertanya, "Sekarang, apakah ember ini sudah penuh?"
    "Belum" jawab para mahasiswa dengan mantap. Kemudian sang dosen meraih air dan menuangkannya ke dalam ember yang telah berisi batu, kerikil dan pasir itu hingga benar-benar penuh. Berkatalah sang dosen kepada mahasiswanya, "Apa yang bisa kalian pelajari setelah melihat ini semua?"
    Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, “Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.”
    “Oh, bukan!” sahut dosen, “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa bila anda tidak memasukkan ‘batu besar’ terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.”

    => jika kita ibaratkan ember tersebut adalah diri kita dan isi ember adalah masalah-masalah, batu adalah masalah terbesar dan rumit sedangkan air adalah masalah-masalah ringan dalam hidup kita. Maka untuk menyelesaikan semua masalah itu kita harus membuat skala prioritas masalah. Selesaikanlah masalah-masalah besar dan rumit sebelum kita menyelesaikan masalah kecil. Karena seperti ilustrasi tadi, jika kita menyelesaikan masalah-masalah kecil terlebih dahulu dan mengesampingkan masalah yang besar, maka kita benar-benar tidak akan pernah bisa menyelesaikannya. Seperti jika yang pertama kita masukkan adalah air, ember tersebut akan penuh tanpa bisa menampung pasir, kerikil dan batu-batu besar.
  3. Temukan cara yang paling efektif dan efisien
    Dalam menyelesaikan masalah, pasti ada alternatif-alternatif pemecahan masalah yang bisa kita gunakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pilihlah alternatif pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien yang bisa kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
  4. Mendesain jalan keluar yang unik dan asik
    Penentuan jalan keluar sebuah masalah akan sangat berpengaruh pada keefektifan pemecahan masalah yang kita hadapi, maka pilihlah jalan keluar yang unik dan asik, yaitu jalan keluar masalah yang tidak biasa serta membuat kita bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan hati dan pikiran yang tenang.
  5. Bangun suasana yang menyenangkan
    Jika kita menghadapi sebuah masalah, yang harus kita lakukan agar masalah itu tidak bertambah besar adalah dengan membangun suasana menyenangkan. Selalulah berpikir positif dan tersenyum.
  6. Yakin akan balasan; hukum sebab akibat
    Jika kita mempunyai masalah dengan orang lain, ingatlah hukum sebab akibat yang selalu berlaku. Apabila kita yang bersalah, segeralah bertaubat dan minta maaf kepadanya. Dan apabila seseorang yang berbuat salah terhadap kita, jangan pernah mencoba membalas dendam karena itu artinya kita tidak berbeda dengan mereka, sama buruknya. Yakinlah bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan hal paling bijak adalah dengan mendoakan kebaikan bagi orang yang telah menyakiti kita.
    "Jika diibaratkan kesedihan adalah hujan, dan kebahagiaan adalah matahari; maka kita memerlukan keduanya untuk bisa melihat pelangi."
    (Kajian ba'da maghrib di Masjid Al Falah, 21 Februari 2013)

Sabtu, 09 Februari 2013

Itsar: Tingkatan Tertinggi dalam Ukhuwah


Tingkatan terendah dalam sebuah ukhuwah adalah ketika seorang muslim memahami dan mau menerima kekurangan saudaranya dengan lapang dada. Sedangkan tingkatan tertinggi dalam ukhuwah adalah 'itsar' yaitu mendahulukan saudaranya diatas kepentingan diri sendiri meski dalam keadaan sesulit apa pun. Dengan catatan bukan dalam hal ibadah. Ketika sudah menyangkut persoalan ibadah maka tak peduli dengan siapa pun, kita harus berlomba-lomba untuk meraih ridho-Nya.

Kaum Anshar adalah contoh nyata sahabat yang memiliki tingkatan tertinggi dalam ukhuwah dengan dua karakter kuat yang melekat:
1. Mencintai saudaranya,
2. Memiliki kelapangan dada.

Sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan dalam QS. Al Hasyr ayat 9: "Dan orang-orang Anshar yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meski pun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Asbabun Nuzul turunnya QS. Al Hasyr ayat 9 adalah sebuah kisah pada zaman Rasulullah. Abu Hurairah berkata, suatu hari datanglah seorang Muhajirin bertamu ke rumah Rasulullah. Maka Rasul SAW pun menanyakan persediaan makanan kepada istri Beliau untuk menjamu tamu tersebut. Namun istri Rasulullah memberitahu bahwa tak ada makanan sama sekali di rumah Beliau saat itu. Lalu Rasulullah berkata pada para sahabetnya, "Semoga Allah merahmati siapa pun diantara kalian yang bersedia menjamu tamunya malam ini."
"Aku akan menjamunya ya Rasulullah." Berkatalah seorang sahabat Anshar, ia pun pulang dan berkata kepada istrinya, "Berikanlah makanan pada tamu Rasulullah ini." Sang istri pun menjawab, "Demi Allah, makanan ini hanya cukup untuk anak kita." "Ajak mainlah anak kita, jika mereka lapar maka tidurkanlah mereka dan padamkanlah lampu. Biarlah kita menahan lapar pada malam ini," pesan sahabat Anshar tadi. Sang istri pun melakukan pesan suaminya itu.
Usai manjamu tamunya, menhadaplah sahabat Anshar kepada Rasulullah. Beliau SAW mengatakan bahwa Allah telah mengirimkan salam kepada sahabat Anshar tersebut, dan turunlah QS. Al Hasyr ayat 9 atas peristiwa tersebut.

Sungguh indah namanya ukhuwah. Iman menumbuhkan cinta, cinta menumbuhkan rela. Kerelaan sebagai wujud cinta persaudaraan akan mendatangkan ridho-Nya. Wallahu a'lam.

(Materi Liqo Hari Jumat 8 Februari 2013, di Masjid Kampus UGM Yogyakarta.)